PERANAN LA SAOMPULA SEBAGAI PEMIMPIN PERTAMA DI SIOMPU
Abstract
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan akan akan keberadaan seorang pemimpin pada suatu wilayah yang akan dapat menata pranata sosial yang ada dalam lingkungan masyarakat. Di saamping pada masa awal abad ke-14 Buton perlu melakukan konsolidasi dalam proses penguatan dan pengembangan wilayah sebagai sebuah kerajaan
yang baru dibentuk  Dalam penelitian ini menggunakan metode yang tediri dari empat tahapan yang terdiri atas: Heuristik yaitu kegiatan menghimpun jejak-jejak sejarah masa lampau. Heuristik merupakan tahap awal dari historiografi diawali dengan kegiatan penjajakan, perincian serta pengumpulan sumber yang berkaitan dengan maslah yang teliti. Tahap kedua, kritik yang meyelidiki apakah jejak sejati baik bentuk maupun. Tahap ketiga, interpretasi, yaitu setelah melakukan kritik sumber dihadapkan informasi atau data-data mengenai subyek penulis sejarah yang berhubungan dengan obyek yang teliti. Data-data tersebut adalah fakta-fakta sejarah yang dapat dibuktikan sebenarannya, tahap keempat histografi yaitu mengajukan sintesa yang diperoleh dalam kisah-kisah sejarah. Hasil peneltian menunjukan bahwa La Saompula anak dari seorang bangsawan yang berasal dari Wolio, pusat pemerintahan kerajaan Buton. Sebagai seorang pemimpin maka La
Saompula melakukan penataan terhadap wilayah yang ada di Siompu khusunya sistem pranata sosial kemasyarakatan. Dalam proses melakukan penataan pranata sosial kemasyarakatan khususnya tentang kesatuan hukum adat maka dibuatlah baruga untuk tempat melakukan konsolidasi dari masyarakat yang ada di wilayah Siompu. Di samping itu untuk membentuk rasa aman dan nyaman dari masyarakat maka dibuatlah benteng yang difungsikan sebagai pertahanan dan pengintaian bagi musuh yang berasal dari luar. Posisi benteng yang berada pada daerah ketinggian akan mennyulitkan bagi orang-orang yang hendak melakukan serangkaian gangguan yang berasal dari luar khususnya yang ingin memasuki benteng tempat pemukiman awal dari masyarakat Siompu.
Full Text:
PDFReferences
Ali, R.M. 1965. Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia. Jakarta: Bharata.
B. Burhanuddin, dkk. 1977. Sejarah Daerah Sulawesi Tenggara. Kendari: Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah.
Bauer, Jeffrey C. 2003. Role Ambiguity and Role Clarity. Clermont: A Comparison of Attitudes in Germany and the United States.
Chalik, Husein A, dkk. 1983. Sejarah Perlawanan terhadap Imperialisme dan Kolonialisme di Sulawesi Tenggara. Jakarta: Depdikbud.
Depdikbud. 2005. Kamus Besar Bahasa Indoensia. Jakarta: Balai Pustaka.
Gazalba. Sidi. 1981. Pengatar Sejarah sebagai Ilmu. Jakarta: Bhatara.
Gottschalk. Lois. 1975. Mengerti Sejarah. Penerjemah Nugroho Notosusanto. Jakarta: Universitas Indonesia.
Hanisa, Waode. 2007. Tinjauan Sejarah Berdirinya Benteng Japaa di Desa Bola Kecamatan Batauga. Skripsi. Universitas Dayanu Ikhsanuddin Baubau.
Hirmanto. 2012. Pendudukan Militer Jepang dan Dampaknya terhadap Kehidupan Masyarakat di Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi 1942-1945. Skripsi. Universitas Dayanu Ikhsanuddin Baubau.
Hugiono dan Poewantara. 1987. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Bina Aksara.
Husni, Ilyas Ali. 2012. Peranan Dungku Cangia Dalam Pembentukan Kerajaan Buton pada Abad XIV. Skripsi. Universitas Dayanu Ikhsanuddin Baubau.
Kartodirjo, Sartono. 1992. Pedekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Lawang, Robert MZ. 1985. Pengatar Sosiologi. Jakarta: Universitas Terbuka Depdikbud.
Masnia. Wa Ode. 2011. Peranan Abdul Rahman Dalam Mengembangkan Islam di Wangi-Wangi pada Tahun 1874 - 1920. Skripsi. Universitas Dayanu Ikhsanuddin Baubau.
Mintzberg, H. 1973. The Nature of Managerial Work. Pearson Education.
Refbacks
- There are currently no refbacks.